Gambar Sampul Sosiologi · Bab II Konflik dan Integrasi Sosial
Sosiologi · Bab II Konflik dan Integrasi Sosial
Suhardi

24/08/2021 10:09:18

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

KON0LIK DAN INTEGRASI SOSIAL

BAB II

Kehidupan yang tenang, aman,

dan damai adalah dambaan setiap

orang. Namun, pada kenyataannya

kita sering melihat berbagai konflik

di masyarakat. Sejak krisis ekonomi

melanda Indonesia pada tahun 1996,

berbagai gejolak telah terjadi.

Puncaknya adalah pada tahun

1998, ketika kerusuhan merajalela

di tanah air untuk memaksa Presiden

Suharto mundur dari jabatan presi-

den. Sejak saat itu juga berbagai

konflik lain segera menyusul, mulai

dari konflik Aceh, Riau, Sampit, Poso,

Maluku, hingga Papua. Bahkan,

akibat konflik berkepanjangan tersebut menyebabkan salah satu provinsi kita

melepaskan diri dari kesatuan wilayah Indonesia. Sungguh amat disayangkan.

Mengapa semua itu dapat terjadi? Bukankah hidup bersama dan bersatu dalam

satu kesatuan bangsa yang besar lebih baik?

Gambar 2.1

Aktivitas sehari-hari dapat dipahami

dengan sosiologi.

Sumber: Haryana

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan Anda dapat:

1. menjelaskan pengertian konflik sosial dan macam-macamnya,

2. membedakan konflik dengan kekerasan,

3. menyebutkan faktor-faktor penyebab dan indikator-indikator adanya konflik,

4. menjelaskan pengertian dan bentuk-bentuk integrasi sosial, serta

5. menyebutkan faktor-faktor perekat integrasi sosial.

Kata Kunci :

Konflik individual, Konflik antarkelas, Konflik rasial, Konflik

inter

nasional, Kekerasan, Penyebab konflik, Integrasi sosial.

40

Sosiologi SMA/MA Kelas XI

Peta Konsep

KON LIK

INTEGRASI

Individual

Rasial

Paksaan

Ketergantungan

Ekonomi

Antarkelas atau

Antargolongan

Politik

Solidaritas

Mekanis

Solidaritas

Organis

Internasional

(1) Perbedaan Pendirian dan

Keyakinan, (2) Perbedaan

Kebudayaan, (3) Perbedaan

Kepentingan, (4) Perubahan

Sosial

(1) Simbiosis Mutualisme,

(2) Cross-Cutting Affiliations dan

Cross-Cutting Loyalities,

(3) Rasa Saling Memiliki,

(4) Konsensus

Mencakup

Mencakup

Meliputi

Meliputi

Berkaitan dengan

Indikator

(1) Demonstrasi, (2)

Kerusuhan, (3) Serangan

Bersenjata, (4) Korban

Jiwa Akibat Kekerasan

Politik

Konflik dan Integrasi Sosial

41

A. Konflik dalam Masyarakat

1. Pengertian Konflik Sosial

Konflik adalah bagian dari

interaksi sosial yang bersifat

disasosiatif. Konflik atau per-

tentangan diartikan sebagai

suatu bentuk interaksi yang di-

tandai oleh keadaan saling

mengancam, menghancurkan,

melukai, dan melenyapkan di

antara pihak-pihak yang ter-

libat. Konflik dapat melibatkan

perorangan maupun kelom-

pok. Sesuai kenyataan, konflik

tidak dapat dilepaskan dari

dinamika masyarakat. Hakikat

masyarakat yang selalu ber-

ubah menjadi lahan bagi munculnya konflik sosial. Dapat dikatakan, bahwa

konflik sosial sering muncul sebagai awal dari terjadinya perubahan dalam

masyarakat.

Menurut teori konflik, masyarakat memang bersifat pluralistik dan di

dalamnya terjadi ketidakseimbangan distribusi kekuasaan (

authority

), artinya

dalam suatu masyarakat senantiasa terdapat kelompok-kelompok sosial yang

saling bersaing dan berebut pengaruh. Dari persaingan dan perebutan pengaruh

itulah, kemudian muncul kelompok yang paling berkuasa dan kelompok-ke-

lompok lain yang berkedudukan sebagai pihak yang dikuasai. Kelompok yang

paling berkuasa dan berpengaruh ini biasanya bersifat elit. Mereka memiliki

kekuasaan untuk menciptakan peraturan-peraturan yang tujuannya untuk

membela kepentingan kelompok mereka sendiri. Peraturan-peraturan itu dapat

berupa hukum yang mengikat kelompok sosial lain agar tetap patuh. Persaingan

yang terjadi di antara kedua jenis kelompok sosial itulah yang menyebabkan

terjadinya konflik sosial.

Teori konflik yang dianggap mampu menjelaskan terjadinya konflik sosial

terdiri atas dua pandangan, yaitu sebagai berikut.

a. Pandangan pertama

;

digolongkan sebagai teori klasik yang dimunculkan

oleh Karl Marx, George Simmel, Lewis Coser, dan Ralf Dahrendorf. Mereka

menganggap bahwa konflik terjadi karena adanya perjuangan antarkelas

sosial yang ada di masyarakat. Menurut Karl Marx, perjuangan itu berupa

pertentangan (konflik) antara kelas borjuis melawan kelas proletar. Kelas

borjuis adalah kelompok yang memegang kekuasaan mengatur masyarakat.

Gambar 2.2

Awal perubahan sosial yang terjadi di

masyarakat sering didahului oleh sebuah konflik.

Sumber: Worldbook Millenium 2000

.

42

Sosiologi SMA/MA Kelas XI

Mereka terdiri atas orang-orang kaya yang menguasai alat-alat produksi.

Pengaruhnya besar terhadap lembaga-lembaga ekonomi dan politik di

masyarakat. Sementara itu, kaum proletar adalah kelompok yang diatur,

yaitu para pekerja yang tereksploitasi sebagai buruh bayaran yang bekerja

pada pabrik-pabrik milik orang-orang kaya (borjuis).

Konflik sebagai salah satu bentuk dasar interaksi sangat erat kaitannya

dengan berbagai proses yang mempersatukan dalam kehidupan sosial.

Menurut George Simmel, konflik dan persatuan merupakan bentuk lain

dari sosiasi, yang artinya satu tidak lebih penting dari yang lain. Keduanya

merupakan interaksi yang bersifat timbal balik. Lawan dari persatuan

bukanlah konflik melainkan ketidakterlibatan. Sifat dasar manusia untuk

berinteraksi dan bersosialisasi, konflik menjadi sarana interaksi timbal balik

dan masyarakat bersemangat untuk melakukannya.

b. Pandangan kedua

;

dimunculkan oleh Taylor, Walton, dan Young. Teori

mereka dianggap sebagai pemikiran terbaru (kontemporer), meskipun secara

mendasar intinya sama dengan versi pertama. Terjadinya konflik sosial

menurut mereka, juga berakar pada perbedaan distribusi kekuasaan dalam

masyarakat. Kaum elit yang berkuasa dianggap sebagai pengontrol pem-

buatan peraturan dan hukum-hukum untuk menjamin keamanan kepen-

tingan kelompok mereka sendiri. Antara kelompok elit dengan kelompok

yang tidak memiliki kekuasaan memiliki kepentingan yang berbeda dan

selalu berlawanan.

Lebih jauh, pandangan ini menganggap tindak kriminal sebagai tindakan

rasional dan memiliki fungsi dalam sistem sosial.Banyaknya tindakan kriminal

di kalangan golongan masyarakat bawah disebabkan oleh distribusi kekayaan

yang tidak seimbang. Tekanan ekonomi yang dialami oleh masyarakat kelas

bawah mengakibatkan mereka merasa terasing dan dirugikan, yang kemudian

termanifestasi melalui lemahnya ikatan-ikatan sosial dan kurangnya rasa taat

terhadap tatanan sosial. Sementara itu, kelompok elit juga cenderung melakukan

kejahatan kerah putih (

white collar crime

). Para penjahat kerah putih bertujuan

untuk menumpuk kekayaan mereka. Bahkan, praktik kejahatan ini terorganisasi

dan secara teknis terencana dengan baik menjadi bagian dari praktik usaha

mereka.

Berdasarkan penjelasan (teori) di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa

konflik sosial adalah pertentangan yang terjadi antara unsur-unsur yang ada di

dalam masyarakat. Masyarakat adalah suatu kesatuan yang memiliki struktur.

Struktur masyarakat terdiri atas bagian-bagian yang disebut dengan kelompok-

kelompok sosial. Setiap kelompok sosial memiliki kepentingan tidak sama. Apa-

bila dua atau lebih kelompok sosial saling berselisih karena kepentingannya

berseberangan, maka terciptalah konflik. Pada tahap awal, suatu konflik mungkin

tidak tampak karena belum pecah secara terbuka. Sering pula pihak pemelihara

Konflik dan Integrasi Sosial

43

keamanan berhasil menekan pecahnya konflik. Namun, itu bukan berarti konflik

menjadi hilang, karena konflik akan selalu ada dan menunggu waktu untuk

muncul.

Selama pemerintahan Orde Baru hampir tidak terdengar adanya konflik.

Hal ini, karena aparat keamanan berhasil meredam setiap konflik yang akan

muncul. Akan tetapi, ketika aparat keamanan dan pemerintah menghadapi

krisis kepercayaan, maka kontrol sosial pun mengendor sehingga pecahlah

berbagai konflik. Sejak kerusuhan Mei 1998, di berbagai daerah di Indonesia

muncul sejumlah konflik.

Pengalaman itu menunjukkan, meskipun pemerintahan yang kuat dengan

aparat keamanan yang represif dapat meredam konflik tidak akan efektif

selamanya. Konflik yang diredam dengan tindakan represif (menekan) akan

dapat kembali mencuat sewaktu-waktu apabila kontrol dari pemerintah dan

aparat melemah. Oleh karena itu, pendekatan represif kurang efektif untuk

mengatasi konflik, sebab kunci persoalan ada pada faktor penyebab konflik.

Apabila faktor-faktor tersebut dapat dikendalikan, maka konflik dapat dikelola

dengan baik. Sebagai salah satu bentuk dasar interaksi, konflik tidak dapat

dihilangkan, namun dapat diatur agar tidak menimbulkan kerusakan. Masyarakat

memang selalu berubah, dan perubahan itu membuat tuntutan-tuntutan baru

muncul di antara kelompok-kelompok di masyarakat. Potensi pergesekan ke-

pentingan juga akan selalu muncul seiring lahirnya perkembangan baru.

Sebenarnya, konflik tidak selalu membawa dampak negatif. Sisi positif

konflik sosial adalah konflik mengawali terjadinya perubahan. Pertentangan

antara kelompok-kelompok sosial pada dasarnya adalah bentuk tuntutan

terhadap perubahan kondisi yang tidak menguntungkan. Suatu kelompok yang

merasa diperlakukan tidak adil menuntut perubahan, untuk memperjuangkan

perubahan itu, jalan yang ditempuh adalah dengan menentang kondisi yang

ada.

Berbagai tuntutan perubahan disuarakan

dalam berbagai demonstrasi di Jakarta dan

kota-kota besar. Mereka menuntut dilakukan-

nya perubahan tata kehidupan berbangsa dan

bernegara. Tentu pemerintah sebagai pihak

yang berkuasa menolak tuntutan itu.

Terjadilah konflik antara kelompok penuntut

perubahan dengan pemerintah. Beberapa

mahasiswa menjadi korban dalam konflik itu.

Rupanya, jatuhnya korban di pihak penuntut

perubahan (kelompok reformis) tidak

menyurutkan perjuangan Mereka justru

semakin keras bersuara dan semakin banyak

pula orang yang bergabung. Akhirnya pemerintah mengalah dan Presiden

menuruti kehendak kelompok reformis untuk mundur.

Infososio

SISI POSITI KON LIK

Manfaat konflik adalah:

1.dapat menumbuhkan solidari-

tas kelompok,

2.dapat mendorong terbentuk-

nya lembaga pengamanan (sat-

pam, polisi, tentara, dan pe-

ngadilan),

3.dapat menjadikan masyarakat

lebih dinamis.

Lewis A. Coser

44

Sosiologi SMA/MA Kelas XI

Sejak saat itu, berbagai perubahan terjadi. Undang-Undang Dasar 1945

yang menjadi pedoman dasar penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia

diamandemen berkali-kali. Pemerintahan yang semula tepusat di Jakarta, kini

didesentralisasikan ke daerah-daerah. Pemilihan presiden dan wakil presiden

secara langsung telah dilakukan sejak tahun 2004. Demikian juga, pemilihan

kepala-kepala daerah (bupati). Semua itu merupakan hasil dari konflik yang

pecah dan melahirkan reformasi.

Perlu diingat juga bahwa harga

sosial untuk mencapai perubahan-

perubahan tersebut sangatlah mahal.

Harga sosial adalah nilai pengorban-

an (kerugian) yang dialami oleh

masyarakat selama terjadinya kon-

flik. Berbagai kerusakan sarana dan

prasarana kehidupan, baik milik

pribadi, milik umum, maupun milik

pemerintah apabila dihitung tentu

sangat mahal. Belum lagi kerugian

nonfisik, seperti lumpuhnya pe-

merintahan, terganggunya kegiatan

masyarakat, dan melayangnya

nyawa manusia. Hal tersebut merupakan harga sosial yang harus diperhitungkan

sebagai akibat konflik. Apabila mengingat hal ini, maka konflik terbuka bukanlah

cara terbaik untuk mengadakan perubahan sosial.

2. Perbedaan Konflik dengan Kekerasan

Berdasarkan penjelasan di atas, keberadaan konflik di masyarakat adalah

sebuah keniscayaan. Artinya, konflik akan selalu ada dan pasti terjadi dalam

masyarakat. Lebih-lebih kalau kita memahaminya dari sudut pandang teori kon-

flik klasik (Karl Marx). Berdasarkan pemahaman teori ini, konflik sosial ternyata

mengandung manfaat positif, yakni sebagai bagian dari proses perubahan sosial.

Namun, konflik sosial juga dapat bersifat negatif, karena konflik menempatkan

warga masyarakat dalam posisi saling bermusuhan. Hal ini berbeda dengan

kompetisi. Dalam kompetisi, interaksi yang terjadi bersifat disasosiatif, namun

berlangsung dalam suasana damai. Hal ini tentu saja berbeda dengan konflik,

karena konflik adalah interaksi sosial yang berlangsung dengan melibatkan indi-

vidu-individu atau kelompok-kelompok yang saling menentang dengan ancaman

kekerasan.

Konflik sosial yang didasari oleh alasan untuk sekadar mempertahankan

diri memang tidak begitu mengarah pada kekerasan, karena konflik sosial seperti

ini hanya bersifat defensif saja. Akan tetapi, ada konflik sosial yang terang-

terangan bertujuan untuk membinasakan pihak lain yang dipandang sebagai

lawan. Konflik sosial jenis kedua inilah yang akan mengarah pada kekerasan,

seperti konflik sosial yang merebak di Sampit, Kalimantan yang melibatkan

Gambar 2.3

Inilah harga sebuah konflik..

Sumber: Haryana

Konflik dan Integrasi Sosial

45

suku Dayak dengan kaum pendatang dari Madura. Konflik sepeti ini bersifat

merusak (negatif) karena menimbulkan kerusakan harta benda dan bahkan nyawa

manusia. Dalam sejarah internasional, konflik yang mengarah pada kekerasan

banyak terjadi, seperti perang etnis di Bosnia-Herzegovina menyusul pecahnya

Uni Soviet menjadi negara-negara kecil. Begitu pula yang terjadi antara bangsa

Palestina dengan Israel di Timur Tengah.

Perbedaan antara konflik dan kekerasan sangatlah tipis. Konflik sangat

potensial memicu lahirnya kekerasan. Sebaliknya, kekerasan sering terjadi

sebagai akibat konflik sosial. Walaupun keduanya berjarak sangat tipis, antara

konflik dengan kekerasan memiliki perbedaan yang jelas. Tabel berikut ini merinci

perbedaan-perbedaan itu.

Perbedaan antara Konflik dan Kekerasan

3. Berbagai Konflik dalam Masyarakat

Konflik sebagai bentuk interaksi sosial memiliki ragam yang bermacam-

macam. Berikut ini adalah aneka ragam konflik yang dapat ditemui di

masyarakat.

a. Konflik Individual

Pernahkah Anda berselisih dengan teman mengenai permasalahan tertentu?

Konflik tidak harus berupa adu fisik. Perselisihan pendapat antara dua orang

termasuk bentuk konflik. Misalnya, ketika Anda ingin mendengarkan siaran

berita dari televisi mengenai perkembangan konflik di Timur Tengah, adik Anda

yang masih duduk di kelas tiga SD ingin menonton film kartun kegemarannya.

Anda tidak ingin kehilangan informasi tersebut. Sementara itu, adik Anda

bersikeras ingin menonton film kartun kegemarannya, sehingga terjadilah konflik

antara dua individu dalam hal memilih acara televisi. Hal ini merupakan bentuk

1. Aktivitas yang dilakukan

tidak menimbulkan reaksi

yang berarti

2. Tidak berniat menjatuhkan

lawan

3. Dapat menjadi motivasi un-

tuk meraih prestasi

4. Dilakukan dengan langkah-

langkah nyata untuk men-

capai tujuan

1. Aktivitas yang dilakukan me-

nimbulkan reaksi keras, bahkan

benturan fisik

2. Ada rencana atau niat men-

celakakan pihak lain

3. Biasanya muncul karena ke-

salahpahaman kedua belah pi-

hak

4. Dilakukan dengan penuh pra-

sangka sehingga merugikan

pihak lain

Konflik

Kekerasan

46

Sosiologi SMA/MA Kelas XI

sederhana konflik antarindividu, yang sering kita alami sehari-hari. Masih banyak

kejadian lain yang dapat melibatkan Anda secara individu dalam konflik dengan

orang lain. Bagaimana hal itu bisa terjadi?

Konflik individual terjadi apabila ada benturan kepentingan antarindividu.

Setiap orang memiliki keinginan, kebutuhan, tujuan hidup, pendirian, sikap,

dan keyakinan yang berbeda-beda. Tidak ada dua orang yang sama persis

keinginannya, walaupun mereka saudara kembar. Pengalaman hidup, situasi

dan kondisi kehidupan masing-masing, serta sifat bawaan yang diwarisi dari

orang tua membuat semua orang menjadi unik, sehingga terciptalah keunikan-

keunikan setiap individu yang membuat keragaman dalam masyarakat.

Keragaman karakter manusia membuat kehidupan menjadi menarik dan penuh

warna. Apakah Anda dapat membayangkan, seandainya manusia memiliki

keinginan dan kemauan yang sama? Di sinilah bukti kemahabesaran Tuhan

sebagai Sang Pencipta. Selain menciptakan keunikan-keunikan yang menarik,

perbedaan keinginan dan pendirian setiap individu juga berpotensi menimbulkan

konflik antarindividu.

Konflik individual juga dirasakan oleh orang yang memiliki perbedaan

keyakinan dan pendirian dengan orang lain. Mereka berkonflik secara individu

dan tidak melibatkan kelompok atau masyarakat. Misalnya dalam hidup ber-

tetangga, sering terjadidua orang bertetangga saling berselisih atas suatu masalah

tertentu. Akan tetapi, meskipun keduanya berselisih, tetangga yang lainnya

masih tetap bersikap baik kepada kedua orang yang berkonflik tersebut.

Konflik pribadi juga dialami oleh seseorang ketika sedang menjalankan

peran yang dimilikinya, baik itu peran tunggal maupun peran ganda. Ketika

menjalankan peran yang dimilikinya, seseorang tidak berkonflik dengan orang

lain, tetapi berkonflik dengan dirinya sendiri. Konflik peran akan dirasakan,

apabila seseorang berada dalam situasi yang menuntut untuk berperilaku tunggal.

Konflik peran tunggal sering dialami oleh orang yang menjalankan tugas yang

bertentangan dengan hati nuraninya. Contohnya, seorang rohaniwan yang

bertugas membina mental tentara di medan perang, di satu sisi dia harus berdoa

untuk perdamaian, tetapi di sisi lain dia juga harus memompa semangat para

tentara untuk siap berperang. Siap berperang berarti siap membunuh musuh,

padahal damai dan membunuh adalah dua hal yang bertentangan. Akibatnya,

rohaniwan mau tidak mau merasakan konflik di dalam dirinya sesuai peran

tunggalnya sebagai rohaniwan tentara.

Konflik peran juga akan lebih banyak terjadi apabila seseorang menjalankan

dua peran atau lebih sekaligus. Setiap peran menuntut kewajiban yang berbeda,

dan tidak jarang kewajiban-kewajiban itu saling bertentangan. Misalnya, seorang

wanita yang memiliki peran ganda; di rumah dia sebagai ibu rumah tangga,

dan di luar rumah dia sebagai wanita karier. Perannya sebagai wanita karier

menuntut untuk selalu keluar rumah menjalankan pekerjaan, sementara peran-

nya sebagai ibu rumah tangga menuntut untuk berada di rumah mengurus

rumah tangga dan merawat anak-anak. Dengan begitu, terjadilah konflik peran

dalam dirinya.

Konflik dan Integrasi Sosial

47

b. Konflik Antarkelas atau Antargolongan Sosial

Apakah Anda masih ingat pendapat Karl Marx mengenai masyarakat?

Menurut tokoh pencetus paham komunis ini, masyarakat merupakan himpunan

beberapa kelas dan kelompok sosial yang memiliki kepentingan sendiri-sendiri.

Perbedaan kepentingan dan kebutuhan hidup membuat kelas dan kelompok

sosial sering terjebak ke dalam konflik. Konflik yang terjadi antarkelas sosial

disebut konflik vertikal, sedangkan konflik antarkelompok sosial disebut konflik

horizontal. Inilah yang disebut teori konflik.

Konflik klasik antarkelas adalah

kelas buruh dengan kelas majikan

atau pengusaha. Para pengusaha

memiliki kepentingan untuk mem-

buat ketentuan perjanjian kerja dan

aturan-aturan lainnya. Sebagai

pengusaha, mereka menggunakan

prinsip dan dasar pemikiran eko-

nomis, yaitu berusaha memini-

malisir pengorbanan untuk men-

capai keuntungan yang maksimal.

Penerapan prinsip tersebut sering

mengobankan kepentingan buruh.

Buruh hanya dianggap sebagai salah

satu faktor dalam proses produksi.

Sering, hak-hak manusiawi mereka kurang dihargai. Hak para buruh meliputi

kesejahteraan sosial, kelayakan upah minimal, cuti hamil untuk wanita pekerja,

pelayanan kesehatan, tunjangan pensiun, dan keamanan serta keselamatan

kerja.

Biasanya hal-hal sekitar itulah yang dikeluhkan oleh para buruh. Apabila

keluhan itu tidak diperhatikan, maka sering berbuntut terjadinya aksi mogok

kerja atau aksi demonstrasi menuntut kepentingan yang mereka perjuangkan.

Konflik antara kelas buruh dengan para pengusaha akan meningkat frekuensinya

pada saat kondisi ekonomi negara mengalami kemunduran, karena pada saat

kondisi seperti itu, banyak perusahaan mengalami kemunduran usaha, sementara

kebutuhan hidup semakin mahal sehingga membuat para pekerja menuntut

peningkatan kesejahteraan. Akibatnya, di mana-mana terjadi gelombang

demonstrasi untuk menuntut kenaikan upah, sedang para pengusaha bersikeras

dengan tingkat upah yang dapat mereka berikan. Konflik antara kelas buruh

dengan para pengusaha juga akan semakin meningkat apabila sampai terjadi

pemutusan hubungan kerja secara sepihak oleh perusahaan. Konflik yang terjadi

akan semakin keras karena para buruh menolak pemutusan secara sepihak

tersebut. Solidaritas para buruh tumbuh dalam suasana seperti ini, sehingga

terjadilah mobilisasi massa buruh untuk membela rekan-rekan mereka yang

terkena pemutusan kerja.

Gambar 2.4

Perbedaan kepentingan antargolongan

dapat memicu sebuah konflik.

Sumber: Tempo 18-12-2002

48

Sosiologi SMA/MA Kelas XI

Contoh di atas merupakan konflik yang terjadi antarkelas sosial. Dalam

struktur hubungan kerja, para pengusaha menduduki kelas sosial lebih tinggi

dibanding kelas para pekerja. Selain konflik antarkelas sosial tersebut, juga ada

konflik antargolongan yang melibatkan dua atau lebih kelompok sosial.

Kelompok-kelompok yang terlibat dalam konflik seperti ini tidak berada dalam

struktur yang berjenjang.

Beberapa kelompok sosial sering terlibat konflik, baik secara terbuka maupun

secara tertutup. Misalnya, kelompok petani berkonflik dengan kelompok

pedagang mengenai harga produk pertanian. Kelompok pecinta lingkungan

sering berkonflik dengan kelompok perambah hutan. Para sopir angkutan kota

sering bersitegang dengan para sopir bus. Bahkan, pernah terjadi konflik antara

satuan militer dengan satuan polisi. Konflik-konflik antargolongan seperti ini

lebih sering terjadi, dan semua itu dilandasi oleh adanya perbedaan kepentingan.

c. Konflik Rasial

Konflik rasial pada dasarnya termasuk ke dalam konflik antargolongan,

karena himpunan orang-orang dalam satu ras merupakan salah satu jenis dari

kelompok sosial. Anda tentu masih ingat pembicaraan mengenai hal ini pada

Bab 1. Konflik rasial perlu dibicarakan tersendiri karena sifatnya khusus dibanding

konflik-konflik antargolongan lainnya. Konflik rasial terjadi bila dua kelompok

ras yang berbeda saling berselisih mengenai suatu persoalan tetapi bukan karena

perbedaan ciri-ciri fisik mereka.

Salah satu faktor yang paling banyak memicu konflik rasial adalah kesen-

jangan sosial-ekonomi. Ketidakadilan dalam distribusi pendapatan dan pemilikan

aset usaha sering membuahkan aksi permusuhan dari pihak yang merasa

menderita ketidakadilan. Parahnya, setelah aksi merebak menjadi amuk massa,

konflik akan meluas ke bidang-bidang lain. Pertikaian kedua kelompok ras biasa-

nya menjurus ke persoalan politik. Pada akhirnya, kelompok-kelompok ras itu

menuntut otonomi khusus bagi daerahnya atau bahkan disintegrasi. Bila sumber

konflik yang berupa kesenjangan sosial-ekonomi tidak segera diperbaiki, maka

konflik semakin meluas. Hal semacam inilah yang pernah melanda Indonesia,

sehingga Provinsi Timor Timur melepaskan diri. Pembangunan yang terpusat

di Indonesia bagian barat membuat warga di Indonesia bagian timur merasakan

ketidakadilan. Apa yang terjadi di Aceh dan Maluku pun pokok persoalannya

sama, walau tidak sampai seburuk di Timor Timur.

Di dalam masyarakat pluralistik seperti Indonesia, konflik sosial yang berakar

pada masalah perbedaan suku, ras, dan agama (SARA) sangat potensial terjadi.

Oleh karena itu, kesadaran semua pihak akan rentannya perpecahan sangat

dibutuhkan. Kerentanan itu merupakan konsekuensi keragaman sosial. Bagai-

mana pun kesadaran itu selalu diupayakan, namun sejarah membuktikan konflik

rasial di Indonesia masih selalu muncul. Ketika, terjadi kerusuhan anti-Cina

pada tanggal 15 Januari 1974, banyak sekali korban yang jatuh sia-sia hanya

karena konflik yang bersumber pada kecemburuan sosial. Orang-orang pribumi

Konflik dan Integrasi Sosial

49

merasa cemburu melihat keberhasilan yang dicapai oleh kaum keturunan

Tionghoa. Rasa cemburu itu memicu kaum pribumi untuk melakukan

pengrusakan-pengrusakan berbagai fasilitas ekonomi milik orang keturunan

Cina. Hal seperti ini sungguh tidak ada gunanya, karena hanya menimbulkan

kerugian belaka.

Peristiwa tragis dan mengenaskan yang berhubungan dengan masalah

SARA juga kembali muncul saat gelombang reformasi melanda Tanah Air. Sa-

lah satu konflik rasial yang paling memprihatinkan adalah bentrokan berdarah

antara penduduk asli Dayak dan kaum pendatang dari Madura. Pada awalnya

peristiwa tersebut di Kalimantan, kemudian meluas hingga ke Sulawesi. Ratusan

jiwa melayang sia-sia dalam kondisi mengenaskan.

Dalam peristiwa itu, ratusan ribu orang terpaksa mengungsi mencari ke-

selamatan diri. Harta benda mereka sudah tidak dihiraukan lagi, seolah tidak

ada harganya. Hidup di pengungsian merupakan sebuah penderitaan tersendiri.

Masa depan anak-anak menjadi suram akibat terganggunya pendidikan mereka,

belum lagi kalau anak-anak harus kehilangan ayah atau ibunya akibat konflik.

Konflik rasial di Sampit dan sekitarnya sebenarnya lebih rumit dibanding

dengan peristiwa Malari 1974. 9aktor kesenjangan ekonomi yang memicu Malari

akan mudah diselesaikan bila sumber-sumber ekonomi dapat didistribusikan

secara adil. Hubungan kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan akan

mencegah konflik.

Berbeda dengan akar masalah konflik rasial di Sampit. Di daerah itu, ada

perseteruan dan dendam kesumat yang berakar lama. Dendam, ibarat api dalam

sekam, dari luar tidak tampak membara, tetapi di dalam panasnya luas biasa.

Sumber konflik yang berupa perseteruan dan dendam nyaris tidak pernah dapat

diselesaikan dengan tuntas. Walaupun di antara warga kelompok-kelompok

ras telah terjadi asimilasi melalui perkawinan atau kerja sama, ketika konflik

tersulut akan menjadi kerusuhan sosial, maka sasaran aksi amuk massa tidak

lagi pandang bulu. Hubungan antarpribadi yang terbentuk di antara beberapa

ang-gota suku tidak dihiraukan lagi. Apa yang terjadi adalah pelampiasan syak-

wasangka dan dendam kelompok yang selalu membara.

Konflik rasial yang berlatar belakang dendam kesumat kalaupun berhenti

itu hanyalah jeda sementara, sebab sewaktu-waktu akan meledak apabila terpicu

oleh suatu peristiwa. Bayangkan saja, apabila ada anak-anak yang melihat orang

tuanya dibunuh, atau seseorang melihat saudaranya dianiaya, kemungkinan

besar mereka akan memendam perasaan untuk membalas apabila ada

kesempatan. Inilah yang menyebabkan selalu berulangnya konflik rasial seperti

di Sampit.

50

Sosiologi SMA/MA Kelas XI

d. Konflik Politik

Politik merupakan salah satu

sumber utama munculnya konflik di

masyarakat. Konflik politik berarti

suatu pertarungan yang berkisar

pada siapa yang memperoleh se-

suatu, kapan ia memperolehnya,

dan bagaimana kekuasaan dapat di-

raih, dipertahankan, dan diperebut-

kan. Politik adalah seni mengelola

kekuasaan. Jadi, konflik politik ada-

lah pertentangan antara dua orang

atau lebih yang saling berlawanan

dalam rangka untuk memiliki ke-

kuasaan. Definisi itu menunjukkan

dengan jelas bahwa politik merupa-

kan ajang pertarungan dan konflik untuk memperoleh kekuasaan atau pengaruh.

Setiap kelompok atau partai politik berusaha memperebutkan suatu kedudukan

atau pengaruh. Untuk bisa menang, berarti harus mengalahkan kelompok atau

partai politik lain. Hal-hal yang diperebutkan itu bisa berupa kekuasaan,

pemegang rancangan undang-undang, kebijakan, dan bahkan kekuasaan negara.

Apabila perseteruan atau konflik terjadi di lembaga legislatif, biasanya lebih

mudah dikontrol. Paling-paling akan terjadi kompromi di antara para elit partai

yang duduk di kursi dewan. Kompromi memang jalan terbaik dalam konflik

politik daripada harus melalui voting. Kompromi berarti terjadi negoisasi, kese-

pakatan, atau musyawarah untuk mufakat, walaupun jalan kompromi seperti

ini sering pula mengecewakan para pendukung partai yang bersangkutan.

Kehidupan partai politik di Tanah Air telah banyak memberikan berbagai

pengalaman pahit seputar konflik antarpartai. Pada zaman Orde Lama terjadi

konflik partai yang berujung pada pemberontakan G 30 S PKI tahun 1965.

Pada masa Orde Baru, walaupun konflik dapat diredam sementara, setiap kali

ada kampanye pemilu selalu saja terjadi usaha saling mengganggu. Mudah-

mudahan pascareformasi ini, masyarakat kita semakin dewasa dalam berpolitik,

sehingga politik tidak lagi menjadi sarana konflik keras yang merusak harta

benda dan bahkan nyawa. Sikap menghargai pilihan dan pendirian orang lain

harus terus ditumbuhkan agar tidak pecah konflik terbuka yang sangat berbahaya.

e. Konflik Internasional

Konflik internasional adalah konflik yang melibatkan dua atau beberapa

negara. Negara-negara di dunia sering berkonflik dengan tetangganya karena

sengketa perbatasan. Indonesia dan Malaysia pernah berkonflik seputar Pulau

Sigitan dan Sipadan. Indonesia pernah pula berkonflik dengan Australia karena

ada sebuah pulau yang diklaim milik Australia, padahal pulau itu sejak dahulu

telah menjadi bagian dari wilayah Nusa Tenggara, Indonesia.

Gambar 2.5

Pengerahan massa dalam kampanye

sangat rawan terjadi konflik.

Sumber: Haryana

Konflik dan Integrasi Sosial

51

Sering pula beberapa negara ber-

koalisi menentang negara lain. Perang

Irak menghadapi koalisi Amerika-

Inggris-Australia adalah contohnya. Pi-

hak koalisi, pada mulanya menuduh Irak

mengembangkan senjata pembunuh

massal. Dengan alasan itu, pihak koalisi

menyerbu Irak hingga hancur-lebur.

Ratusan bahkan ribuan nyawa tak ber-

dosa menjadi korban pasukan koalisi.

Efek penyerbuan itu hingga kini masih

berlanjut, di mana bumi Irak sampai se-

karang masih menjadi ajang kekerasan.

Contoh konflik internasional yang lain adalah konflik antara Palestina - Lebanon

dengan Israel. Itulah konflik-konflik internasional dalam skala besar, di samping

ada konflik-konflik kecil lainnya yang sangat memprihatinkan. Bolehkah suatu

negara main hakim sendiri menyerang negara lain dengan alasan untuk menjaga

keamanan dunia atau menumpas sarang teroris tanpa izin dari Perserikatan

Bangsa-Bangsa?

Pilih dan kerjakan salah satu tugas di bawah ini kemudian serahkan kepada

guru untuk dinilai!

1. Carilah koran atau majalah yang terbit selama satu tahun terakhir ini!

Anda tentu bisa mendapatkannya di arsip perpustakaan sekolah.

Datalah semua jenis konflik sosial yang diberitakan selama setahun!

Tulislah jenis konfliknya dan pihak-pihak yang berkonflik! Urutkan

secara kronologis! Buatlah peringkat untuk setiap jenis konflik dan

untuk setiap bentuk konflik! Berikan kesimpulan Anda terhadap hasil

kajian ini!

2. Tentukanlah salah satu jenis konflik yang menarik minat Anda! Cari

informasi dari berbagai sumber mengenai konflik itu, lalu buatlah ulasan

mengenai konflik tersebut dan sampaikan dalam diskusi kelas untuk

mendapat tanggapan!

Gambar 2.6

Berapa banyak kerugian materi dan

nyawa yang tak berdosa dalam konflik inter-

nasional seperti ini?

Sumber: Encarta Encyclopedia

Aktivitas Siswa

52

Sosiologi SMA/MA Kelas XI

Kerjakan di buku tugas Anda!

Jawablah dengan tepat!

1. Apakah yang dimaksud dengan konflik sosial?

2. Jelaskan perbedaan antara konflik dengan kekerasan!

3. Sebutkan contoh-contoh nyata mengenai konflik yang pernah terjadi

di masyarakat!

4. Sebutkan salah satu konflik yang pernah terjadi di Indonesia yang menu-

rut Anda paling memprihatinkan. Sebutkan pula alasan Anda mengapa

konflik tersebut paling memprihatinkan!

5. Setujukah Anda dengan pendapat Karl Marx, bahwa pada dasarnya di

masyarakat selalu terjadi konflik?

Kerjakan di buku tugas Anda!

Nyatakan tanggapan Anda terhadap pernyataan atau kasus di bawah

ini, dengan cara memberi tanda cek (

—

) pada kolom S (Setuju), TS (Tidak

Setuju) atau R (Ragu-ragu)!

Pelatihan

Tes Skala Sikap

1 Konflik perlu terjadi karena konflik mengawali

perubahan sosial.

2 Pemerintah harus membuat peraturan yang

tegas agar para provokator konflik etnik tidak

berulang kali menghasut massa untuk berkonflik.

3 Untuk menghindari konflik, setiap wilayah perlu

dijaga oleh aparat keamanan selama 24 jam

penuh.

No.

Pernyataan

S TS R

Konflik dan Integrasi Sosial

53

B. Penyebab dan Indikator Konflik dalam Masyarakat

1. 0aktor Penyebab Konflik

Banyak hal yang menyebabkan konflik sosial. Penyebab itu antara lain

berupa perbedaan pendirian dan keyakinan perseorangan, perbedaan

kebudayaan, perbedaan kepentingan, maupun karena dipicu oleh proses

perubahan sosial sebagai penyebab tidak langsung. Berikut ini diuraikan satu

persatu faktor penyebab konflik.

a. aktor Perbedaan Pendirian dan Keyakinan

Perbedaan pendirian dan keyakinan dapat memunculkan konflik sosial.

Sekelompok orang di dalam sebuah masyarakat, dapat saja berbeda sikap dan

pendirian mengenai suatu persoalan. Perbedaan pendirian dalam partai politik,

perbedaan pendirian dalam menghadapi kegiatan tertentu di masyarakat, dan

perbedaan pandangan dalam menyikapi sebuah persoalan memicu timbulnya

konflik.

4 Konflik sering terjadi antara kelompok suporter

pertandingan sepak bola. Suporter yang kese-

belasan kesayangannya kalah sering merusak

fasilitas umum. Untuk mencegah hal itu, se-

baiknya tidak usah diadakan pertandingan sepak

bola.

5 Konflik adalah sesuatu yang tidak bisa di-

hindarkan dalam kehidupan di masyarakat,

karena setiap warga masyarakat senantiasa

No.

Pernyataan

S TS R

Gambar 2.7

Setiap agama mengajarkan kedamaian.

Sumber: Haryana dan Robert

54

Sosiologi SMA/MA Kelas XI

Perbedaan keyakinan beragama juga sangat rawan menjadi pemicu konflik.

Lebih-lebih, kelompok-kelompok yang ada tidak menyadari pentingnya keru-

kunan antarumat beragama. Seringkali pihak ketiga memanfaatkan perbedaan

keyakinan antarkelompok masyarakat. Mereka berusaha mencapai tujuan ter-

tentu dengan cara memicu konflik sosial. Pada umumnya, yang dirugikan dalam

konflik seperti ini adalah kedua kelompok sosial yang terlibat konflik, sedangkan

sang penghasut (provokator) justru memetik keuntungan dari adanya konflik

tersebut.

Pada hakikatnya, semua agama menjun-

jung tinggi kehidupan yang rukun, aman,

tenteram, dan damai. Namun, agama juga

sering dijadikan simbol kelompok tertentu,

misalnya partai politik Islam, organisasi massa

Kristen, dan sebagainya. Konflik akan muncul

jika kepentingan kelompok-kelompok itu

bergesekan. Sekali lagi, bukan faktor agama-

nya yang menyebabkan konflik, melainkan

orang atau kelompok yang memiliki kepen-

tingan tertentu terhadap agamalah yang men-

jadi penyebab. Partai politik yang bertujuan

memperoleh kekuasaan dapat saja meng-

gunakan segala cara untuk mencapai tujuan-

nya, termasuk memanfaatkan sentimen

agama atau kesamaan iman dan keyakinan.

Kalau ini terjadi, sungguh sangat berbahaya

dan menunjukkan ketidakdewasaan partai

tersebut.

Pada umumnya, setiap agama mengajarkan kepada pemeluknya bahwa

iman dan keyakinan mereka sendirilah yang paling benar. Ajaran seperti ini

sebenarnya ditujukan ke arah dalam, yaitu untuk memupuk keimanan umat,

bukan untuk digunakan menyerang pihak yang berlainan keyakinan. Setiap

orang memiliki hak untuk memilih keyakinannya masing-masing. Namun, ajaran

itu sering disalahgunakan, misalnya pecahnya konflik antara umat Islam dan

umat Nasrani di Ambon dan Poso. Kedua pihak yang berkonflik, menganggap

bahwa apabila mereka mati dalam perang, maka akan masuk surga; padahal

kalau dikaji lebih dalam, baik ajaran Islam maupun Nasrani sama-sama menen-

tang kekerasan dan pembunuhan. Dengan kata lain, kedua agama itu meng-

ajarkan kedamaian hidup di masyarakat.

Konflik yang didasari oleh perbedaan keyakinan juga sering terjadi di antara

aliran-aliran atau sekte-sekte yang sebenarnya masih dalam satu agama. Jika

dilihat dari kejadian seperti ini, maka tampak jelas bahwa bukan agama yang

menyebabkan konflik, melainkan perbedaan pemeluknya dalam memahami

ajaran agamalah yang memicu perselisihan.

Infososio

PENYEBAB KON LIK

Hal-hal yang menyebabkan konflik

adalah:

1.prasangka buruk terhadap pi-

hak lain,

2.adanya orang-orang yang tidak

dapat mengendalikan emosi,

3.timbulnya suatu masalah yang

akhirnya melahirkan permu-

suhan,

4.terjadinya persaingan tajam

sehingga kontrol sosial tidak

mampu mengendaliannya, dan

5.adanya dorongan kemauan

kuat untuk memperoleh pres-

tasi.

Konflik dan Integrasi Sosial

55

Disinilah peran pemimpin agama sangat menentukan. Mereka hendaknya

tidak menanamkan keyakinan bahwa ajaran agamanya sendiri yang paling benar

dan menganggap keyakinan kelompok lain salah dan harus dimusuhi. Keyakinan

seperti ini, hanya akan menimbulkan sikap fanatik yang berlebihan. Kefanatikan

membuat dua kelompok yang berbeda keyakinan sulit mencapai saling pengerti-

an. Untuk mencegah konflik semacam ini, maka perlu ditanamkan kesadaran

bahwa kerukunan dan saling mengerti akan posisi masing-masing lebih penting

daripada menonjolkan perbedaan. Kedewasaan sikap dalam hidup bersama di

masyarakat yang multiagama harus dikembangkan, karena penonjolan

kebenaran masing-masing agama hanya akan menjerumuskan masyarakat ke

dalam konflik berkepanjangan.

b. aktor Perbedaan Kebudayaan

Kota-kota besar pada

umumnya dihuni oleh berbagai

kelompok masyarakat yang me-

miliki latar belakang dan asal-usul

daerah yang berlainan. Setiap

kelompok itu memiliki akar

budaya daerah yang berbeda.

Jakarta misalnya, kota metro-

politan ini dihuni oleh kelompok-

kelompok orang yang berasal dari

berbagai daerah, berbagai etnik,

dan berbagai agama. Setiap

kelompok sosial itu terbiasa hidup

dengan sistem nilai sosial yang berasal dari kebudayaan kelompoknya. Ke-

budayaan khusus yang dianut oleh setiap kelompok sosial disebut subkultur.

Subkultur dapat terbentuk sebagai hasil dari pengaruh budaya asing yang

kemudian dianut oleh sekelompok warga masyarakat dalam suatu masyarakat.

Di dalam setiap subkultur, terkandung nilai-nilai hidup bermasyarakat yang

membentuk keutuhan perilaku masyarakat yang menjunjung kebudayaan itu.

Nilai-nilai membentuk tradisi-tradisi tertentu dan akhirnya menciptakan pola-

pola perilaku pada warga masyarakat. Perbedaan pola perilaku berdasarkan

akar budaya khusus yang berlainan sangat rentan menjadi penyebab konflik

sosial. Perbedaan kebudayaan tidak hanya akan memicu konflik antarindividu,

tetapi juga konflik antarkelompok. Nilai dan norma sosial yang terkandung

dalam kebudayaan membentuk pola-pola kepribadian dan pola-pola perilaku

yang berbeda. Perbedaan pola perilaku dapat menyebabkan munculnya konflik

sosial yang luas.

Selain itu, perbedaan kebudayaan dapat menyebabkan dua macam konflik,

yaitu konflik ideologis dan konflik politis. Konflik ideologis terjadi dalam bentuk

pertentangan nilai-nilai sosial yang dianut oleh setiap golongan dalam

Gambar 2.8

Konflik kebudayaan.

Sumber: Tempo, 26 Maret 2006

56

Sosiologi SMA/MA Kelas XI

masyarakat, sedangkan konflik politis terjadi dalam bentuk pertentangan dalam

pembagian status kekuasaan dan sumber-sumber ekonomi yang keberadaannya

terbatas dalam masyarakat.

9enomena pro dan kontra diberlakukannya undang-undang anti pornoaksi

dan pornografi di Indonesia sebenarnya merupakan konflik yang berlatar

belakang perbedaan kebudayaan. Budaya asli Indonesia yang menjunjung nilai-

nilai ketimuran terlihat penuh sopan santun dan tata krama dalam berperilaku

dan berpenampilan, sedangkan pengaruh kebudayaan asing bersifat sebaliknya.

Nilai-nilai asing itu sedikit demi sedikit masuk lewat media massa, seperti surat

kabar, majalah, buku, radio, dan terutama televisi yang harus bersaing untuk

dapat merebut perhatian pembaca atau pemirsanya. Dengan semakin banyaknya

pembaca dan pemirsa, maka semakin tinggi peringkat (

rating

) media tersebut.

Suasana persaingan semacam itu, membuat media massa berusaha mencari

daya tarik melalui perilaku yang bersumber dari budaya asing. Akibatnya,

menyebarluaslah perilaku yang bersumber dari budaya asing, termasuk pornoaksi

dan pornografi. Pada umumnya, kaum muda yang lebih cepat terpengaruh,

sementara golongan tua tetap memegang teguh nilai-nilai kesopanan ketimuran

yang mereka warisi dari generasi sebelumnya. Perbedaan orientasi budaya

antargenerasi seperti ini dapat memicu timbulnya konflik sosial.

Konflik yang berlatar belakang budaya dapat berubah menjadi aksi keke-

rasan. Peristiwa kerusuhan sosial yang terjadi di Sampit antara suku Dayak

dengan Madura sebenarnya adalah konflik kultural yang dipicu oleh perseteruan

(

feud

). Perseteruan itu sudah berlangsung lama dan diwariskan dari generasi ke

generasi yang setiap saat menunggu pemicu dan situasi yang tepat untuk pecah

lagi.

c. aktor Perbedaan Kepentingan

Setiap orang dan setiap kelompok sosial memiliki kepentingan yang berbeda-

beda. Tidak jarang perbedaan kepentingan itu membuat mereka saling bersaing

untuk memperebutkan kesempatan, sarana, dan sumber daya yang dibutuhkan

sehingga menimbulkan suatu konflik.

Sebagai contoh, pedagang kaki lima berkepentingan menjajakan barang

dagangannya di lokasi yang dianggap strategis dan dekat dengan calon kon-

sumen. Semakin dekat dengan calon konsumen, maka diharapkan semakin

banyak dagangan yang laku. Oleh karena itu, mereka biasanya menempati

trotoar-trotoar atau lokasi-lokasi lain yang menjadi pusat keramaian, selain tidak

harus membayar sewa atau kontrak, mereka langsung berdekatan dengan para

calon pembeli; meskipun lokasi itu tidak seharusnya menjadi tempat untuk

berjualan.

Di sisi lain, sekelompok satuan tugas ketertiban kota memiliki kepentingan

berbeda. Sesuai dengan tugasnya, para petugas menertibkan tempat-tempat

umum, seperti trotoar, lorong, gang, atau tepi-tepi jalan raya. Perbedaan

Konflik dan Integrasi Sosial

57

kepentingan semacam ini, sering menimbulkan konflik, di antaranya peng-

gusuran paksa kios-kios pedagang kaki lima yang menempati lokasi yang tidak

semes-tinya. Ada banyak peristiwa, para pedagang kaki lima melawan upaya

peng-gusuran paksa yang dilakukan oleh petugas ketertiban.

Perbedaan kepentingan, dapat terjadi pada berbagai kelompok sosial lain

di masyarakat. Para pecinta lingkungan memiliki kepentingan dan pendirian

yang berbeda dengan para pengusaha kayu atau perikanan, sehingga dua

kelompok sosial itu terlihat sering berkonflik seputar konservasi dan eksploitasi

sumber daya alam. Para petani juga berbeda kepentingan dengan para produsen

pupuk. Para produsen pupuk cenderung menjual pupuknya ke negara atau

daerah lain yang memiliki daya beli lebih tinggi, sementara para petani

menginginkan harga pupuk murah dan persediaan pupuk mencukupi ketika

dibutuhkan. Setiap musim tanam, konflik semacam ini selalu diungkap oleh

media massa, walaupun jarang berubah menjadi aksi fisik terbuka.

Konflik sosial yang berdasarkan perbedaan kepentingan, dapat mencakup

skala internasional, seperti kasus pengembangan tenaga nuklir di berbagai negara

yang senantiasa menjadi sumber konflik antarnegara. Suatu negara merasa

membutuhkan kegiatan pengembangan nuklir baik untuk pembangkit tenaga

listrik maupun untuk pertahanan dan keamanan. Sementara itu, negara te-

tangganya merasa khawatir akan bahaya kebocoran radiasi atau bahkan an-

caman keamanan wilayah.

Seseorang atau sekelompok orang dapat pula berada dalam posisi konflik

kepentingan (

conflict of interest

). Misalnya, seorang pejabat pemerintahan yang

merangkap sebagai pimpinan perusahaan, atau seorang menteri yang berasal

dari pengusaha. Sebagai pejabat pemerintah, dia bertanggung jawab dalam

membuat kebijakan tertentu untuk masyarakat luas. Namun, di sisi lain sebagai

pengusaha dia tidak ingin perusahaannya dirugikan oleh kebijakan yang di-

buatnya itu. Konflik yang dialami orang tersebut dinamakan konflik kepentingan.

Oleh karena itu, sangat disarankan agar para pejabat yang mengurusi

kepentingan orang banyak tidak memiliki jabatan rangkap, karena jabatan

rangkap dapat memerangkapnya dalam konflik kepentingan.

d. aktor Perubahan Sosial

Pada penjelasan di atas telah disinggung bahwa konflik sosial menjadi awal

terjadinya perubahan sosial. Namun sebenarnya, proses sebuah perubahan sosial

itu sendiri juga menjadi sebab tidak langsung munculnya konflik. Situasi masya-

rakat yang sedang berubah membuat norma dan nilai sosial goyah, sehingga

terjadi peningkatan konflik. Sulit ditentukan secara pasti, apakah konflik yang

menyebabkan perubahan sosial ataukah perubahan sosial yang menyebabkan

konflik, karena keduanya memiliki kebenaran bergantung dari sudut pandang

yang digunakan.

58

Sosiologi SMA/MA Kelas XI

Proses perubahan sosial yang terjadi di Indonesia tahun 1997 (reformasi)

adalah contohnya. Kita dapat mengatakan bahwa perubahan sosial tersebut

merupakan akibat dari konflik-konflik di masyarakat yang dipicu oleh ketidak-

puasan kondisi politik, sosial, dan ekonomi pada saat itu. Masyarakat tidak

puas atas praktik kekuasaan yang dijalankan oleh rezim Orde Baru yang dianggap

sentralistik, korup, dan gagal menyejahterakan masyarakat. Tuntutan itu

menimbulkan konflik besar antara masyarakat dengan pemerintah yang berakhir

dengan tumbangnya rezim Orde Baru. Serangkaian perubahan sosial mendasar

pun segera dimulai sejak saat itu.

Sampai di sini, kita menganggap bahwa konflik telah menyebabkan

perubahan sosial. Akan tetapi, ternyata rangkaian perubahan sosial yang terjadi

selama proses reformasi juga menjadi penyebab munculnya berbagai konflik

lain. Tuntutan perubahan yang tidak diimbangi dengan kesiapan mental telah

memicu konflik baru. Kaum reformis menuntut adanya keterbukaan dalam

manajemen pemerintahan, sementara orang-orang yang selama Orde Baru

diuntungkan merasa posisinya terancam.

Salah satu perubahan sosial dari hasil reformasi adalah otonomi dan desen-

tralisasi kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Perubahan

ini telah membuat jalannya birokrasi pemerintahan sempat simpang siur.

Koordinasi antarlembaga pemerintahan tidak baik dan akhirnya pelayanan

kepada masyarakat pun tidak seperti yang diharapkan. Tarik ulur kepentingan

antarlembaga pemerintahan secara vertikal dan horisontal juga merupakan

bentuk konflik tersendiri. Belum lagi besarnya kewenangan yang dimiliki oleh

setiap daerah telah menyebabkan perilaku korup menjadi lebih luas. Banyak

anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan para bupati diperiksa oleh

pengadilan dan bahkan sebagian dihukum. Ini bukti bahwa cita-cita perubahan

justru dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu yang berusaha mengambil

keuntungan. Hal ini memicu protes masyarakat yang tidak puas terhadap perilaku

para pemimpin mereka, sehingga terjadi sejumlah demonstrasi menentang para

pejabat korup.

Contoh lain munculnya konflik sebagai akibat dari perubahan sosial yang

terjadi di Indonesia pasca reformasi adalah konflik di bidang politik. Semangat

perubahan yang begitu besar setelah reformasi bergulir, memunculkan partai-

partai politik baru. Kebebasan mendirikan partai politik merupakan hak asasi

seseorang, tapi karena masyarakat belum dewasa dalam berpolitik, maka

terjadilah persaingan tajam di antara partai-partai baru untuk memperebutkan

massa demi memperoleh kedudukan di lembaga legislatif atau kepala daerah.

Hal tersebut menjadi sumber konflik sosial yang sangat luas, terutama pada

masa-masa pra-Pemilu. Parahnya, konflik pendukung partai politik pada tingkat

bawah sering berujung pada kekerasan fisik.

Konflik dan Integrasi Sosial

59

2. Tanda-tanda Adanya Konflik Sosial

Keempat faktor di atas sering secara bersama-sama atau sendiri-sendiri

memicu lahirnya konflik sosial. Untuk mengetahui apakah di masyarakat sedang

terjadi konflik atau tidak, Anda dapat mengamati lewat beberapa indikator yang

diberikan oleh Charles Lewis Taylor dan Michael C. Hudson (1972) berikut ini.

a. Demonstrasi (

A Protest Demonstration

)

Demonstrasi mengandung arti adanya sejumlah orang yang tanpa meng-

gunakan kekerasan mengorganisasikan diri untuk melakukan protes. Protes

dilakukan terhadap suatu kesatuan sosial tertentu yang menguasainya. Pihak

yang sering menjadi sasaran demonstrasi adalah pemerintah, pengusaha, pim-

pinan, atau kelompok sosial lain. Demonstrasi juga dapat berupa protes terhadap

ideologi, kebijakan, rencana kebijakan, ketidakadilan, atau pelaksanaan suatu

kebijakan tertentu.

b. Kerusuhan (

Riot

)

Dalam hal maksud dan tujuannya,

kerusuhan hampir sama dengan demon-

strasi. Hanya saja dalam kerusuhan di-

sertai dengan kekerasan fisik, peng-

rusakan barang-barang, dan tindakan

anarkis. Tindakan-tindakan tersebut

terkadang memicu para aparat keaman-

an untuk melakukan tindakan-tindakan

keras untuk meredakan suasana. Per-

bedaan antara kerusuhan dan demon-

strasi terletak pada sifatnya yang spontan

dan dipicu oleh suatu insiden atau perilaku kelompok yang kacau.

c. Serangan Bersenjata (

Armed Attack

)

Serangan bersenjata dapat dilakukan oleh kelompok sosial mana pun, baik

oleh pihak pemerintah atau parat keamanan maupun oleh pihak nonpemerintah,

dengan tujuan untuk melemahkan atau menghancurkan kelompok lain. Serang-

an fisik selalu melibatkan kekerasan fisik, pertumpahan darah, atau pengrusakan

barang-barang. Perbedaan serangan bersenjata dengan kerusuhan terletak pada

sifatnya yang terorganisir dan biasanya untuk kepentingan politik.

d. Korban Jiwa Akibat Kekerasan Politik

Setiap konflik yang terjadi di masyarakat pasti menimbulkan korban dan

kerugian. Korban dan kerugian tidak hanya diderita oleh pihak yang berkonflik,

akan tetapi juga masyarakat sekitarnya. Semakin banyak korban jiwa baik akibat

demonstrasi, kerusuhan, maupun serangan bersenjata, berarti semakin besar

konflik yang terjadi.

Gambar 2.9

Hal seperti ini tidak perlu terjadi.

Sumber: Tempo 11-18 November 2002

60

Sosiologi SMA/MA Kelas XI

Selain empat indikator di atas juga masih ada indikator-indikator lain. Me-

nurut Ivo. V. 9eierabend dan Rosalnd L.9eierabend (1966), indikator-indikator

itu antara lain:

a. adanya pemilihan umum,

b. pergantian kabinet,

c. demonstrasi,

d. penindakan terhadap tokoh-tokoh politik,

e. penahanan massal,

f. kudeta, dan

g. perang saudara.

Semakin banyak indikator seperti di atas ada di masyarakat, maka semakin

tidak stabil suatu masyarakat.

Pilih dan kerjakan salah satu tugas di bawah ini, kemudian serahkan kepada

guru untuk dinilai!

1. Carilah informasi dari berbagai sumber untuk mengetahui faktor yang

paling banyak menyebabkan konflik di Indonesia! Deskripsikan hasil

kajian Anda dalam bentuk makalah untuk dipresentasikan di depan

diskusi kelas!

2. Diskusikanlah dengan teman-teman Anda, indikator-indikator apa saja

yang menunjukkan adanya potensi konflik di Indonesia!

Kerjakan di buku tugas Anda!

Jawablah dengan tepat!

1. Jelaskan hubungan konflik dengan perubahan sosial?

2. Apakah yang dimaksud dengan konflik rasial?

3. Sebutkan indiktor-indikator konflik yang Anda ketahui!

4. Apakah keyakinan beragama dapat menimbulkan konflik? Mengapa?

5. Mengapa perang antarnegara selalu saja terjadi? Jelaskan!

Aktivitas Siswa

Pelatihan

Konflik dan Integrasi Sosial

61

Kerjakan di buku tugas Anda!

Nyatakan tanggapan Anda terhadap pernyataan atau kasus di bawah

ini, dengan cara memberi tanda cek (

—

) pada kolom S (Setuju), TS (Tidak

Setuju) atau R (Ragu-ragu)!

C. Integrasi Sosial

1. Bentuk-bentuk Integrasi Sosial

Integrasi sosial adalah bagian dari proses sosial yang berupa kecenderungan

untuk saling menarik, saling tergantung, dan saling menyesuaikan diri. Proses

ini bisa terjadi secara suka rela maupun secara terpaksa.

Seperti yang telah Anda pelajari, masyarakat selalu bergerak dinamis dan

berubah. Perubahan itu terjadi karena masyarakat berkembang semakin maju

1 Konflik sosial akan selalu terjadi, karena setiap

manusia dan setiap kelompok memiliki kepen-

tingan yang berbeda.

2 Untuk menekan agar konflik tidak pecah secara

terbuka, pemerintah perlu mengerahkan pasukan

untuk mengawasi masyarakat.

3 Mencegah konflik lebih baik daripada meredam-

nya. Oleh karena itu, perlu dibentuk sarana-

sarana penyaluran konflik di masyarakat.

4 Semakin banyak partai politik, dan semakin

banyak pertentangan kepentingan, berarti akan

semakin besar potensi timbulnya konflik. Oleh

karena itu, sebaiknya partai-partai politik dibatasi

jumlahnya.

5 Di Indonesia, ada banyak suku bangsa dengan

kultur masing-masing. Perbedaan kultur dapat

memicu konflik. Oleh karena itu, selamanya akan

muncul konflik di Indonesia.

No.

Pernyataan

S TS R

Tes Skala Sikap

62

Sosiologi SMA/MA Kelas XI

dan kompleks. Dalam masyarakat

sederhana (primitif), sebuah keluarga

menjalankan hampir semua pekerjaan

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Akan tetapi, hal ini sudah tidak berlaku

dalam masyarakat modern, karena di

dalam masyarakat modern sudah terjadi

pembagian kerja di antara warga-warga

masyarakat. Seseorang tidak lagi harus

mendidik anaknya sendiri agar bisa man-

diri, tetapi pekerjaan itu diserahkan

kepada lembaga pendidikan atau guru.

Setiap warga masyarakat primitif harus

dapat menghasilkan bahan pangan, pakaian, dan membangun perumahan sen-

diri. Namun seiring berkembangnya masyarakat, terjadilah pembagian tugas

untuk setiap jenis pekerjaan. Di dalam masyarakat modern sudah terdapat spe-

sialisasi tersebut; ada orang yang bertugas sebagai petani, ada orang yang ber-

tugas sebagai pedagang, dokter, akuntan, politikus, sekretaris, dan sebagainya.

Inilah yang disebut dengan pembagian kerja menurut Emile Durkheim.

Semakin maju suatu masyarakat, maka pembagian kerja akan semakin

heterogen dan kompleks. Akan tetapi, kompleksitas dalam masyarakat modern

tidak menghancurkan solidaritas sosial, karena justru kerumitan pembagian

kerja itu semakin membuat orang-orang atau kelompok-kelompok sosial saling

membutuhkan dan saling bergantung. Setiap orang dan setiap kelompok

memerlukan jasa pekerjaan orang lain. Tidak ada yang bisa berdiri sendiri,

sehingga terjadilah hubungan kerja sama antarkelompok secara fungsional dan

saling membutuhkan. Kesadaran akan rasa saling membutuhkan itulah yang

memungkinkan terjadinya integrasi sosial.

Sebagai contoh, umumnya warga ma-

syarakat keturunan Tionghoa di Indonesia be-

kerja di sektor dunia usaha. Mereka ada yang

membuka toko penjualan barang kebutuhan

sehari-hari, hingga ada yang menjadi kong-

lomerat dan pemilik jaringan usaha besar,

sedanhkan orang pribumi pada umumnya be-

kerja di sektor pertanian. Perbedaan pekerja-

an ini membuat kedua kelompok sosial yang

berbeda secara fungsional (pekerjaan) maupun

secara etnis melakukan kerjasama saling

mendukung. Para pengusaha (toko, pabrik)

dari kalangan keturunan Cina membutuhkan

pasokan barang dan tenaga kerja dari

Gambar 2.10

Integrasi sosial.

Sumber: Encarta Encyclopedia

Infososio

PENYELESAIAN KON LIK

Ada lima cara mengakhiri konflik,

yaitu:

1.tercapainya kemenangan salah

satu pihak,

2.terjadinya kompromi antara

pihak-pihak yang bertikai,

3.terjadinya rekonsiliasi,

4.salah satu pihak memaafkan

pihak lain, dan

5.pencapaian keadaan sepakat

untuk mengakhiri konflik.

George Simmel

Konflik dan Integrasi Sosial

63

golongan pribumi. Selama mereka mampu menjalin hubungan kerja sama saling

menguntungkan (simbiosis mutualisma), maka integrasi dua golongan yang ber-

beda tetap terjamin.

Seperti halnya konflik, integrasi dapat terjadi secara vertikal maupun secara

horisontal. Integrasi vertikal terjadi antara kelas-kelas sosial, sedangkan integrasi

horizontal terjadi antara kelompok-kelompok sosial di masyarakat. Berikut ini

beberapa bentuk integrasi yang lazim terjadi di masyarakat.

a. Integrasi Atas Dasar Paksaan (

Coersion

)

Dalam sebuah masyarakat majemuk seperti Indonesia, konflik antarkelas

maupun antarkelompok sosial sering terjadi. Seringkali, di antara pihak-pihak

yang berkonflik sulit mencapai titik temu untuk menyelesaikan persoalan yang

membuat mereka selalu berkonflik. Dalam kondisi demikian, diperlukan pihak

ketiga yang bertugas mendamaikan kedua belah pihak. Jika integrasi kedua

kelompok secara damai tidak diperoleh, maka ditempuh pemaksaan agar mereka

menghentikan permusuhan. Pihak ketiga yang mampu menjadi penengah

biasanya kelompok yang lebih dominan, misalnya pemerintah melalui aparatnya.

Berbagai konflik rasial di Indonesia selama ini, selalu melibatkan pemerintah

untuk turun tangan mendamaikan mereka baik dengan cara lunak maupun

dengan pemaksaan (

coersion

).

Upaya meredam konflik dengan pemaksaan sering pula dilakukan dalam

bentuk sanksi dari pemerintah (

governmental sanction

). Jenis-jenis sanksi yang

lazim diterapkan, antara lain penyensoran media massa, pembatasan partisipasi

politik, dan pengawasan. Terlepas dari akibat buruk yang ditimbulkan akibat

penerapan sanksi tersebut, kadang-kadang upaya itu dapat meredam konflik

demi menjaga terjadinya integrasi sosial.

b. Integrasi Atas Dasar Saling Ketergantungan Ekonomi

9aktor ekonomi merupakan faktor yang paling banyak mengintegrasikan

masyarakat. Setiap orang atau kelompok, tidak mungkin melepaskan diri dari

usaha pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari yang bersifat ekonomis. Semakin

terspesialisasinya bidang-bidang kehidupan yang dijalani warga masyarakat,

berarti semakin tinggi ketergantungan terhadap orang lain. Tidak ada orang

yang mampu memenuhi kebutuhan ekonomi tanpa bantuan orang lain. Petani

membutuhkan pedagang, sebaliknya pedagang membutuhkan pasokan barang

dari petani. Di antara petani sendiri, terjadi saling ketergantungan, misalnya

penghasil buah-buahan tentu membutuhkan beras dari penanam padi. Demikian

juga di kalangan industri, ketergantungan antara produsen dengan konsumen

membentuk ikatan yang mengintegrasikan keduanya dalam jalinan kerjasama

saling membutuhkan.

Ketergantungan ekonomi seperti di atas dapat menjalin integrasi antar-

kelompok yang lebih luas. Masyarakat kota dengan masyarakat desa, daerah

64

Sosiologi SMA/MA Kelas XI

yang satu dengan daerah lainnya, atau antarprovinsi, antarnegara, dan bahkan

antarkawasan. Tidak ada suatu kelompok masyarakat pun yang mampu hidup

sendiri tanpa membutuhkan bantuan kelompok masyarakat yang lain, sehingga

terjadilah integrasi sosial.

c. Solidaritas Mekanis

Solidaritas mekanis adalah integrasi sosial yang didasarkan pada kesadaran

kolektif. Kesadaran ini bersumber pada kepercayaan-kepercayaan dan perasaan

sentimen yang ada pada suatu masyarakat. Individu-individu dalam masyarakat

menganut orientasi nilai yang sama, sehingga praktis otonomi individu hampir

tidak ada. Individualitas ditekan hingga tidak muncul sebagai kesadaran baru di

masyarakat. Solidaritas mekanis dapat dilihat pada organisasi-organisasi ke-

agamaan. Individu-individu yang tergabung dalam organisasi keagamaan tidak

diikat oleh paksaan fisik atau harapan mendapatkan keuntungan, akan tetapi

karena adanya kepercayaan bersama, cita-cita, dan komitmen moral. Mereka

merasa satu kelompok berdasarkan pikiran yang sama. Pembagian kerja dalam

tipe solidaritas mekanis relatif kecil, karena semua pekerjaan dilakukan bersama-

sama. Ciri khas dari solidaritas mekanis adalah bahwa solidaritas ini didasarkan

pada suatu tingkat homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentimen,

dan komitmen moral.

d. Solidaritas Organis

Solidaritas organis diikat oleh kesadaran saling ketergantungan di antara

bagian-bagian dalam masyarakat. Solidaritas ini juga terjadi pada saat suatu go-

longan berkonflik dengan golongan lain. Ketika menghadapi musuh dari luar,

semua anggota kelompok membentuk solidaritas di dalam. Solidaritas organis

bertujuan untuk memperkokoh pertahanan kelompoknya dengan berbagai cara,

seperti dengan membentuk organisasi sosial untuk kesejahteraan dan pertahanan

bersama, atau dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan untuk

memperkuat ketahanan budaya.

2. 0aktor Pendorong Integrasi Sosial

Walaupun masyarakat adalah sesuatu yang heterogen dan dinamis sehingga

sering memunculkan konflik, namun di dalam masyarakat juga terdapat hal-hal

yang dapat mendorong ke arah integrasi sosial. Bahkan, lebih banyak terjadi

integrasi sosial daripada konflik. Ada kalanya konflik dapat terjadi, namun

kemudian berhasil diredam dengan berbagai cara sehingga di banyak

masyarakat, lebih sering terdapat suasana kerukunan dan perdamaian daripada

konflik.

Berikut ini adalah hal-hal yang dapat memungkinkan terjadinya integrasi

sosial.

Konflik dan Integrasi Sosial

65

a. Pola hubungan Simbiosis Mutualisma

Dua kelompok sosial yang berbeda dapat melakukan hubungan kerja sama

saling menguntungan (simbiosis mutualisma). Untuk mewujudkan hal itu,

keduanya harus merasa saling membutuhkan dan bersedia saling mengerti posisi

masing-masing. Perbedaan kelompok tidak perlu dipersoalkan atau diungkit-

ungkit. Warga pribumi yang bekerja di toko atau perusahaan milik keturunan

Tionghoa adalah wujud integrasi yang dilandasi hubungan simbiosis mutualisma.

b.

Cross-cutting Affiliations

dan

Cross-cutting Loyalities

Cross-cutting affiliations

adalah keanggotaan ganda. Hal itu terjadi, apabila

seseorang atau sekelompok orang menjadi anggota berbagai kesatuan sosial.

Misalnya, suatu ketika terjadi konflik antara warga pendatang dengan penduduk

asli. Setelah keduanya saling mengetahui bahwa mereka memeluk agama yang

sama, konflik pun segera berakhir. Konflik yang terjadi di antara keduanya,

mungkin muncul karena perbedaan asal-usul. Akan tetapi, setelah keduanya

menyadari bahwa mereka umat satu agama yang sama, maka konflik yang le-

bih keras dapat dicegah.

Apabila

cross-cutting affiliations

berarti keanggotaan ganda, maka

cross-

cutting loyalities

berarti adanya loyalitas (kesetiaan) ganda. Di samping menjadi

anggota berbagai kelompok sosial, seseorang atau sekelompok orang juga

memiliki kesetiaan terhadap kelompok-kelompok sosial yang diikutinya itu.

Keanggotaan dan loyalitas ganda itulah yang menetralisasi konflik dan

membangun integrasi antarkelompok sosial.

c. Rasa Saling Memiliki (

Sense of Belonging

)

Masyarakat terbagi ke dalam kelompok-kelompok dan kelas-kelas sosial

yang beraneka ragam. Namun, mereka bisa berintegrasi karena memiliki rasa

saling memiliki. Rasa saling memiliki dapat menciptakan keutuhan masyarakat

secara keseluruhan. Setiap kelompok perlu menyadari bahwa kelompok lain

adalah bagian dari masyarakat. Apabila salah satu kelompok berusaha

meniadakan kelompok lain, maka keutuhan masyarakat secara keseluruhan

akan terancam. Oleh karena itu, rasa saling memiliki dan menghargai harus

senantiasa disadari apabila menginginkan integrasi lestari.

d. Konsensus

Konsensus adalah kesepakatan bersama yang dibentuk oleh warga masyara-

kat. Kesepakatan itu menyangkut nilai-nilai dasar yang akan mengikat mereka

dalam sebuah masyarakat yang utuh, misalnya integrasi nasional masyarakat

Indonesia yang terbentuk berdasarkan konsensus nilai-nilai dasar persatuan dan

kesatuan yang dinyatakan dalam Sumpah Pemuda 1928. Dalam sumpah

pemuda, segenap komponen bangsa berikrar bertumpah darah satu, berkebang-

saan satu, dan berbahasa satu. Konsensus itu telah terbukti berhasil meng-

integrasikan suku-suku bangsa dari Sabang hingga Merauke menjadi satu

kesatuan masyarakat, yaitu masyarakat Indonesia.

66

Sosiologi SMA/MA Kelas XI

Konsensus yang didasari oleh nilai

persatuan dan kesatuan itu baru dalam

tataran konsensus politis. Konsensus

politis tersebut berhasil mengintegrasikan

daerah-daerah bekas jajahan Belanda

menjadi satu kesatuan masyarakat,

kemudian disepakati suatu konsensus

tingkat kedua untuk mengimplemen-

tasikan wujud masyarakat yang di-

inginkan, maka dirumuskanlah Pancasila

yang tidak lain merupakan formulasi

(rumusan) nilai-nilai dasar yang telah lama

dipraktikkan oleh bangsa Indonesia sehari-

hari. Nilai ketuhanan, kemanusiaan, per-

satuan, musyawarah, dan keadilan sosial

sebagaimana yang menjadi inti Pancasila, selanjutnya dijabarkan lebih lanjut ke

dalam Undang-undang Dasar 1945. Pancasila dan Undang-undang Dasar inilah

yang menjadi perekat integrasi nasional Indonesia hingga saat ini, walau kadar

pengamalan dan penghayatannya masih belum sempurna.

Contoh di atas menunjukkan pentingnya suatu konsensus untuk membentuk

integrasi masyarakat. Dalam lingkup yang lebih kecil, konsensus-konsensus

serupa juga dapat diimplementasikan untuk menjalin integrasi pihak-pihak yang

berkonflik atau tercerai-berai.

Pilih dan kerjakan salah satu tugas di bawah ini, kemudian serahkan kepada

guru untuk dinilai!

1. Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa dengan latar belakang etnis,

budaya, agama, dan bahasa. Namun mereka bersatu menjadi satu

kesatuan negera Republik Indonesia. Diskusikanlah dengan teman-

teman Anda, mengapa hal itu bisa terjadi!

2. Indonesia pernah mempunyai pengalaman buruk soal disintegrasi

bangsa, yaitu lepasnya Timor Timur dari pangkuan Ibu Pertiwi. Carilah

informasi dari berbagai sumber, mengapa hal itu terjadi! Tulis hasil

kajian Anda dalam bentuk makalah untuk dipresentasikan dalam

diskusi kelas!

Aktivitas Siswa

Gambar 2.11

Simbol integrasi Indonesia.

Konflik dan Integrasi Sosial

67

Kerjakan di buku tugas Anda!

Jawablah dengan tepat!

1. Apakah yang dimaksud dengan integrasi nasional?

2. Sebutkan faktor yang dapat mengintegrasikan bangsa Indonesia!

3. Apakah yang Anda ketahui mengenai Sumpah Pemuda?

4. Apakah yang dimaksud dengan

cross-cutting affiliations

dan

cross-

cutting loyalities

?

5. Berikan contoh simbiosis mutualisma sebagai faktor perekat integrasi

bangsa Indonesia!

Kerjakan di buku tugas Anda!

Nyatakan tanggapan Anda terhadap pernyataan atau kasus di bawah

ini, dengan cara memberi tanda cek (

—

) pada kolom S (Setuju), TS (Tidak

Setuju) atau R (Ragu-ragu)!

Pelatihan

Tes Skala Sikap

1 Kerja sama ekonomi tidak bisa diandalkan se-

bagai faktor perekat kesatuan masyarakat, sebab

dalam kerja sama ekonomi sering terjadi ketidak-

adilan.

2 Perasaan senasib dan sepenanggungan telah

membuat suku-suku bangsa di Indonesia bersatu

membentuk negara kesatuan Republik Indo-

nesia.

3 Konflik sosial merupakan kejadian wajar dalam

masyarakat yang dinamis. Tanpa harus diselesai-

kan, pada umumnya konflik akan mencapai titik

akhir dengan sendirinya.

No.

Pernyataan

S TS R

68

Sosiologi SMA/MA Kelas XI

Rangkuman

1. Konflik atau pertentangan diartikan sebagai suatu bentuk interaksi yang

ditandai oleh keadaan saling mengancam, menghancurkan, melukai,

dan melenyapkan di antara pihak-pihak yang terlibat.

2. Aneka ragam konflik yang dapat ditemui di masyarakat antara lain:

a. konflik individual,

b. konflik antarkelas atau antargolongan sosial,

c. konflik rasial,

d. konflik politik, dan

e. konflik internasional

3. Suatu konflik dapat disebabkan oleh beberapa, yaitu:

a. perbedaan pendirian dan keyakinan,

b. perbedaan kebudayaan,

c. perbedaan kepentingan, dan

d. perubahan sosial

4. Kita dapat mengetahui bahwa suatu masyarakat sedang mengalami

konflik atau tidak melalui beberapa indikator-indikator, antara lain:

a. adanya demonstrasi,

b. adanya kerusuhan,

c. adanya serangan bersenjata, serta

d. adanya korban jiwa akibat kekerasan politik

4 Sistem pengamanan represif yang pernah

diterapkan Orde Baru terbukti mampu meredam

berbagai konflik di tanah air. Oleh karenanya,

cara seperti itu perlu diterapkan lagi, agar di

Indonesia tidak sering terjadi konflik.

5 Secara umum, siswa di sekolah Anda bersatu

terutama bila tim olah raga sekolah Anda sedang

bertanding melawan tim sekolah lain. Semua

siswa memberi dukungan seolah tidak ada yang

rela kalau tim sekolah Anda kalah. Hal Ini

merupakan kekompakan yang dilatarbelakangi

oleh

sense of belonging

.

No.

Pernyataan

S TS R

Konflik dan Integrasi Sosial

69

Pengayaan

5. Integrasi sosial adalah bagian dari proses sosial yang berupa

kecenderungan untuk saling menarik, saling tergantung, dan saling

menyesuaikan diri.

6. Hal-hal yang dapat mendorong ke arah integrasi sosial adalah:

a. pola hubungan simbiosis mutualisma,

b.

cross-cutting affiliation

dan

cross-cutting loyalties

,

c. adanya rasa saling memiliki, serta

d. adanya konsensus.

KERUSUHAN DAN PERSETERUAN

Kerusuhan adalah keributan atau kekerasan yang dilakukan oleh seke-

lompok orang akibat hancurnya tatanan sosial. Para perusuh sering mengan-

cam orang dan merusak segala sesuatu yang dijumpai, baik bangunan,

kendaraan, dan sarana lainnya. Kerusuhan melibatkan ratusan hingga ribuan

orang yang digerakkan oleh sekelompok aktor perencana. Mereka mela-

kukan kerusuhan karena tidak puas terhadap ketidakadilan ekonomi, sosial,

atau politik. Kerusuhan sering terjadi pada saat massa demonstran ber-

kumpul untuk memprotes kebijakan pemerintah, perusahaan, universitas,

atau instansi lainnya. Ketika kesabaran massa mencapai batas toleransi,

sedangkan para petugas keamanan bersikeras menghalau massa, maka

pecahlah kerusuhan.

Banyak masalah dapat memicu kerusuhan, tetapi penyebabnya tetap

sama, yaitu adanya kelompok-kelompok orang yang merasa diperlakukan

tidak adil dalam bidang ekonomi, politik, atau kemajuan sosial lainnya.

Perasaan tidak mendapat perlakukan yang adil, pada umumnya dialami

oleh kelompok minoritas dalam masyarakat. Apabila orang-orang meng-

alami kekecewaan dan merasa tidak dihiraukan oleh pemerintah atau

lembaga-lembaga lain yang seharusnya mengurus kehidupan mereka, maka

jalan yang mereka tempuh adalah melalui kerusuhan. Orang-orang dari

kelompok mayoritas pun kadang-kadang menjadi perusuh untuk membuat

kelompok minoritas tetap berada pada posisi pinggiran.

Ada dua macam jenis kerusuhan, yaitu kerusuhan instrumental dan

kerusuhan ekspresif. Kerusuhan instrumental terjadi bila sekelompok orang

terpaksa melakukan kekerasan karena ketidakpuasan mereka mengenai

sesuatu hal di masyarakat. Jenis kerusuhan inilah yang banyak terjadi.

70

Sosiologi SMA/MA Kelas XI

Kerusuhan instrumental terjadi apabila pihak yang diprotes tidak mau men-

dengar keluhan masyarakat pemrotes, padahal aspirasi itu telah disampaikan

melalui saluran resmi yang semestinya. Adapun kerusuhan ekspresif terjadi,

apabila beberapa orang dalam kelompok minoritas menggunakan kekerasan

untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka mengenai kondisi kehidupan

sehari-hari. Hasil kajian para ilmuwan sosial menunjukkan bahwa anggota-

anggota kelompok etnik minoritas banyak mengeluh soal terbatasnya pe-

luang memperoleh pekerjaan, perumahan yang buruk, atau kondisi sekolah

yang tidak menguntungkan.

Berbeda dengan kerusuhan, perseteruan (

feud

) merupakan bentuk kon-

flik jangka panjang yang sering melibatkan pembunuhan. Konflik jenis ini

dapat terjadi antarindividu, antarkeluarga, atau antarkelompok sosial.

Lemahnya aparat keamanan dan penegakan hukum sering menjadi sebab

terjadinya perseteruan. Pelosok-pelosok daerah terpencil yang jauh dari

pusat kekuasaan dan aparat keamanan sering menjadi tempat berkem-

bangnya perseteruan. Kelompok-kelompok yang berseteru sering main

hakim sendiri. Mereka tidak menghiraukan hukum yang berlaku, seolah-

olah mereka membuat aturan hukum mereka sendiri.

Perseteruan yang terjadi, pada umumnya disebabkan oleh adanya ang-

gota kelompok sosial yang menyakiti atau mengancam keselamatan anggota

kelompok sosial lain. Akibat perlakuan itu, anggota kelompok yang disakiti

menuntut balas. Apabila kasusnya adalah pembunuhan, maka balasannya

pun pembunuhan terhadap pelaku pembunuhan. Kalau tidak mendapatkan

pelakunya, maka keluarga pelaku pun akan dijadikan sasaran balas dendam.

Sekali perseteruan dimulai, maka akan berlanjut terus-menerus saling

menuntut balas dendam. Aksi balas dendam itu tiada habisnya, turun-

temurun sampai ke anak cucu, sampai-sampai tidak diketahui awal mula

perseteruan itu. Selama itu pula kekerasan berlangsung terus-menerus.

Sumber:

The Worldbook Millenium 2000

Konflik dan Integrasi Sosial

71

Tokoh

DR. NURCHOLIS MADJID

CENDEKIAWAN PEREKAT INTEGRASI BANGSA

Dr. Nurcholis Madjid lahir di Jombang, Jawa

Timur, 17 Maret 1939, dan meninggal di Jakarta,

29 Agustus 2005. Pendidikan yang Beliau jalani,

yaitu di Pesantren Darul Ulum Rejoso, Jombang,

Jawa Timur (1955), Pesantren Darul Salam,

Gontor, Ponorogo, Jawa Timur (1960), Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah,

Jakarta, (1965, BA, Sastra Arab), Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

(1968, Doktorandus, Sastra Arab),

The University

of Chicago,

Illinois, AS (1984, Ph.D, Studi Agama

Islam). Selama hidup, Beliau pernah menggeluti berbagai macam karir

antara lain sebagai Peneliti Lembaga Penelitian Ekonomi dan Sosial

(LEKNAS-LIPI) pada tahun 1978-1984, Peneliti Senior Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia pada tahun 1984, Dosen 9akultas Pasca Sarjana

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun

1985, anggota MPR-RI 1987 – 1992 dan 1992 – 1997, anggota Dewan

Pers Nasional pada tahun 1990–1998,

ellow Eisenhower ellowship

Philadelphia pada tahun 1990, anggota KOMNAS HAM pada tahun 1993,

profesor tamu di

McGill University,

Montreal, Kanada, pada tahun 1991 –

1992, dan sebagai Rektor Universitas Paramadina Mulya Jakarta pada

tahun 1998.

Dr. Nurcholis Madjid lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga kiai

yang terpandang dan menjadi tokoh pembaruan pemikiran dan gerakan

Islam di Indonesia. Sebagai penerima

Bintang Mahapura Utama,

gagasan

mengenai pluralisme telah menempatkan Beliau sebagai intelektual muslim

ternama. Beliau menganggap pluralisme adalah bagian dari ketentuan Tuhan

yang tidak terelakkan. Oleh karena itu, Beliau mengembangkan pemikiran

mengenai pluralisme dalam bingkai masyarakat, demokrasi, dan peradaban.

Menurut Dr. Nurcholis Madjid, apabila bangsa Indonesia hendak mem-

bangun peradaban, pluralisme adalah inti dari nilai peradaban tersebut,

termasuk di dalamnya, penegakkan hukum yang adil dan pelaksanaan hak

asasi manusia. Terlebih di saat Indonesia sedang terjerumus di dalam

berbagai kemerosotan dan ancaman disintegrasi bangsa.

Dr. Nurcholis Madjid berpendapat bahwa demokrasi, pluralisme, dan

humanisme, tidak boleh disamakan dengan westernisme. Beliau melihat

bahwa modernisme sebagai gejala global, seperti halnya demokrasi.

Sumber: www.tokohindonesia.com

72

Sosiologi SMA/MA Kelas XI

Demokrasi tidak berarti harus bersatu dalam organisasi karena keyakinan,

tetapi dalam konteks yang lebih luas, yaitu kebangsaan. Untuk mewujudkan

itu perlu dilakukan rekonsiliasi nasional. Dengan cara ini, bangsa Indonesia

mampu menjadi bangsa yang besar.

Sumber: www.tokohindonesia.com

Kerjakan di buku tugas Anda!

A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!

1. Pernyataan-pernyataan berikut menjelaskan adanya konflik sosial,

kecuali

….

a. ada sekelompok orang yang mengancam kelompok lain

b. karena sesuatu hak, sekelompok orang menghancurkan fasilitas

milik kelompok lain

c. pemerintah berusaha menetralisir kekuatan kaum demonstran

dengan menculik pemimpinnya

d. karena kecewa terhadap kebijakan perusahaan, sekelompok orang

mencegat dan melukai direktur perusahaan tersebut

e. dua kelompok sosial memadukan kekuatan yang mereka miliki

2. Masyarakat terdiri atas kelompok-kelompok sosial yang saling berkonflik

untuk memperebutkan kepentingan. Pendapat ini sejalan dengan

pemikiran ….

a. komunisme

b. materialisme

c. kapitalisme

d. sosialisme

e. feodalisme

3. Kehidupan masyarakat pada masa pemerintahan Orde Baru relatif

tenang dan jarang terjadi konflik karena ….

a. pemerintahan Orde Baru berhasil meniadakan konflik

b. konflik pada masa Orde Baru berskala kecil

c. aparat keamanan pada masa Orde Baru bersikap tegas

d. pemerintah Orde Baru meredam konflik secara represif

e. masyarakat puas terhadap pemerintahan Orde Baru sehingga tidak

ada konflik

Uji Kompetensi

Konflik dan Integrasi Sosial

73

4. Konflik sosial dapat berdampak positif karena ….

a. memberikan peluang kelompok oposisi untuk tampil memimpin

b. terjadinya perubahan sosial ke arah lebih baik

c. terbukanya kesempatan bagi orang yang belum pernah berkuasa

d. tergantikannya penguasa lama dengan orang-orang baru

e. dapat menjadi arena mengekspresikan kekecewaan terpendam

5. Perbedaan konflik dengan kekerasan adalah ….

a. aktivitas konflik tidak menimbulkan reaksi yang berarti, sedangkan

dalam kekerasan menimbulkan reaksi keras, bahkan benturan fisik.

b. dalam konflik ada rencana atau niat mencelakakan pihak lain,

sedangkan dalam kekerasan tidak ada.

c. konflik muncul karena kesalahpahaman, sedangkan kekerasan

muncul karena niat menjatuhkan lawan

d. konflik dilakukan untuk suatu tujuan, sedangkan kekerasan tanpa

tujuan pasti

e. konflik diawali dengan adanya prasangka, sedangkan kekerasan

tidak

6. Berikut ini adalah contoh konflik individual adalah ….

a. seorang siswa terlibat perkelahian antargeng

b. presiden George W. Bush membenci Saddam Husein sehingga

menggempur Irak

c. seorang anggota militer terlibat perang dengan gerakan pengacau

keamanan

d. seorang artis menuntut wartawan sebuah kantor berita secara

perdata

e. sekelompok wartawan memprotes perlakuan kasar dari petugas

keamanan

7. Kerusuhan yang terjadi di Poso merupakan jenis konflik ….

a. etnik

b. agama

c. ideologi

d. keyakinan

e. sosial

8. Konflik politik seharusnya disalurkan lewat ….

a. pengadilan

b. adu massa

c. DPR

d. MPR

e. MA

74

Sosiologi SMA/MA Kelas XI

9. Konflik sosial dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini,

ke-

cuali

….

a. perbedaan pendirian

b. perbedaan kebudayaan

c. perbedaan kepentingan

d. perubahan sosial

e. perbedaan kesejahteraan

10. Demonstrasi bersifat ….

a. damai

b. rusuh

c. dengan kekerasan

d. dengan adu fisik

e. bersama-sama

11. Perbedaan demontrasi dengan kerusuhan adalah ….

a. demonstrasi menggunakan kekerasan, sedangkan kerusuhan tidak

b. kerusuhan menggunakan kekerasan, sedangkan demonstrasi tidak

c. demonstrasi disertai pengrusakan, sedangkan kerusuhan tidak

d. kerusuhan tidak disertasi pembunuhan, sedangkan demonstrasi

kadang-kadang iya

e. demonstrasi disertai pembunuhan, sedangkan kerusuhan tidak

12. Apabila aparat keamanan menggerebeg pusat kegiatan aktivis, maka

telah terjadi konflik antara ….

a. aparat dengan aktivis

b. pemerintah dengan aktivis

c. aktivis dengan masyarakat

d. masyarakat dengan pemerintah

e. aparat dengan masyarakat

13. Seorang aktivis kemanusiaan diduga sengaja dibunuh oleh agen intelijen.

Kalau hal itu benar, berarti ada konflik ….

a. ideologi antara aktivis dengan intelejen

b. kepentingan antara aktivis dengan pemerintah

c. keyakinan antara Kontras dengan intelejen

d. agama antara Kontras dengan pemerintah

e. pendirian antara aparat intelejen dengan aktivis

14. Bila di sebuah negara terjadi percobaan kudeta, maka telah terjadi

konflik ….

a. internasional

b. nasional

c. pemerintahan

d. politik

e. agama

Konflik dan Integrasi Sosial

75

15. Suatu konflik akan berakhir bila kondisi di bawah ini tercapai,

ke-

cuali

….

a. salah satu pihak ada yang menang

b. terjadi kompromi

c. terjadi rekonsiliasi

d. salah satu pihak melupakan yang lain

e. ada kesepakatan untuk berdamai

16. Penduduk pribumi bekerja pada sebuah toko milik warga keturunan

Cina. Hal ini, dapat mempererat integrasi masyarakat. 9aktor yang

menyebabkan integrasi dalam kasus di atas adalah ….

a. loyalitas ganda

b. afiliasi ganda

c. simbiosis mutualisma

d. ketergantungan ekonomi

e. rasa saling memiliki

17. Pancasila merupakan nilai-nilai dasar yang mengikat integrasi bangsa

Indonesia. Integrasi semacam ini disebut ….

a. solidaritas mekanis

b. solidaritas sosial

c. solidaritas organis

d.

sense of belonging

e. afiliasi ganda

18. Integrasi masyarakat Indonesia dituangkan dalam konsensus yang

berupa ….

a. Pancasila dan UUD 45

b. UUD 45 dan Proklamasi

c. Proklamasi dan Pancasila

d. Pancasila dan Sumpah Pemuda

e. Sumpah Pemuda dan Proklamasi

19. Seseorang yang terlibat konflik dengan kelompok lain kemudian damai

setelah mengetahui bahwa mereka sama-sama berasal dari daerah yang

sama merupakan bentuk dari integrasi ….

a.

cross-cutting affiliations

b.

cross-cutting loyalities

c.

sense of belonging

d.

sense of loyalities

e.

sense of solidarities

76

Sosiologi SMA/MA Kelas XI

20. Pemerintah mengirim satuan pasukan keamanan ke daerah konflik.

Ini berarti ….

a. integrasi akan segera tercapai

b. integrasi secara koersif

c. telah terjadi kerusuhan

d. konflik telah memuncak

e. aparat keamanan setempat tidak mampu

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan ini dengan singkat dan jelas!

1. Apakah yang dimaksud dengan konflik sosial?

2. Sebutkan tiga macam konflik yang Anda ketahui!

3. Berikan contoh faktor ekonomi sebagai penyebab konflik!

4. Deskripsikan salah satu konflik di tanah air kita yang disebabkan oleh

faktor politik!

5. Apakah yang dimaksud dengan konflik rasial?

6. Apakah yang Anda ketahui tentang konflik antara Amerika Serikat

dengan Timur Tengah?

7. Berikan contoh konflik sebagai akibat perbedaan kebudayaan!

8. Haruskah perubahan sosial diawali dengan konflik?

9. Sebutkan indikator-indikator konflik sosial!

10. Sebutkan faktor-faktor pendorong integrasi sosial!